Alhambra: Keindahan yang Tak Lekang Masa
Wednesday, February 20, 2019
These are the key to this paradise. I and those inside it are yours.
Abdallah Muhammad bin Ali.
__
Lima abad yang lalu, Sultan terakhir di Granada menuruni kompleks istana, bergegas menemui Raja Ferdinand II. Usianya belum seberapa, baru melewati angka dua. Tanah di luar Alhambra belum banyak dipijaknya.
Tetapi begitulah yang dilakukannya: diserahkannya kunci istana kepada Raja dari Aragon dan Ratu dari Castilla. Inilah kunci surga, Tuan, ujarnya. Aku dan segala yang di dalamnya kini dalam genggamanmu.
Alhambra bagi mereka ketika itu serupa surga. Dirancang bagai tempat tetirah yang tak lekang masa. Tetapi, sebagaimana segala, tak ada yang abadi di dunia.
Berangkatlah Sultan, dari gerbang istana menuruni lereng bukit. Lereng yang menampilkan keindahan kota putih Albaicin, yang akan ia tinggalkan selamanya.
Sepuluh tahun ia bertahan, mewarisi kerajaan dan benturan peradaban yang telah berlangsung sekian abad. Di usianya yang belia, telah tunai ia menjalankan tugas untuk berjuang, hingga akhirnya memilih diplomasi alih-alih perang.
Ia turun dari tahta, memilih mencari cara berbeda agar ia dan rakyatnya dapat meneruskan budaya dan kepercayaannya. Arus dunia berbalik tak berapa lama. Istana berganti tangan. Berganti pemerintahan.
Di sinilah kemudian Columbus menerima restu untuk berlayar ke dunia baru. Amerika ditemukan, dan sejarah pun memasuki babak berikutnya.
*Kisah tentang Al-Hambra ini saya tulis ketika mengikuti event #30HariBercerita di Instagram. Court of Myrtles pada foto di atas adalah salah satu favorit saya, karena konon kolam di depan bangungan itu untuk muhasabah, mengingatkan bahwa sekokoh apapun bangunan yang dibuat, ia bagai bayangan di atas air, mudah beriak dan terpecah. Cerita tentang perjalan ke Al-Hambra, insyaAllah nanti menyusul. Happy browsing! :)
loading..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments